Seringkali kita mendengar keluhan, omelan yang dilontarkan dari seseorang :
“Gue udah ngak punya waktu lagi...”
”Waktu gue habis...”
“Mana sempat lagi...”
dan masih banyak lagi yang senada.
Padahal semua orang punya jumlah waktu yang sama 24 jam sehari tidak lebih tidak kurang.
Jika waktu semua orang sama, lalu apa yang membedakan antara orang yang suka mengeluh dan orang yang selalu optimis. Sebenarnya tidak lain adalah apa yang dikerjakan alias usaha atau energy yang dihabiskan selama waktu tersebut. Ironisnya, sering kita juga mendengar pernyataan kebanggaan diri “Saya selalu melakukan yang terbaik” , bahkan lebih keren lagi "I do my best and God do the rest".
Yang menjadi persoalan adalah besarnya porsi usaha dari kata “terbaik” atau “best”. Setiap orang pasti bisa bicara saya sudah do the best, dan sisanya urusan Tuhan. Ada yang 10% usaha, ada yang 30% usaha, 70%.....90%.......bahkan 120%...atau bahkan lebih. Semuanya sama-sama bilang “I do my best”.
Lalu bagaimana standard checklistnya untuk parameter “my best” ini ?
Mari kita gunakan satu kata sebagai standard checklist yaitu “Energy Management”.
Energy = Usaha
Saat kita menghirup udara (bernafas), itu mengeluarkan energy bukan?
Kita berjalan, kita berdiskusi, kita bekerja, kita belajar, bahkan kita tidur sekalipun semuanya mengeluarkan energy, iya kan? Jadi selama kita hidup, kita mengeluarkan energy.
Mari kita check :
- Berapa sering kita tidur, bermalas-malasan, santai?
- Berapa sering kita bercengkrama bersama keluarga, chatting dengan kawan sekerja?
- Berapa sering kita berdoa, membaca buku-buku spiritual dan buku-buku motivasi?
- Berapa sering kita sport?
- Berapa sering kita chatting?
- Berapa sering kita belajar hal-hal yang baru?
- Berapa sering kita solving masalah-masalah pekerjaan?
- Berapa sering kita menghasilkan karya-karya kita dalam pekerjaan?
Dari semua point diatas dimanakah energy terbesar yang kita keluarkan ?
Tanpa mengabaikan work life balance, kata do the best harus mengacu pada porsi pengeluaran energy yang terbesar, dalam hal peningkatan kompetensi, skill dan character diri sendiri. Misalnya pada checklist diatas adalah point 3, point 6, point 7, dan point 8.
Kalau kita tidak SIAP, jangan katakan sudah nasib saya (sudah TakdirNya). Jangan sampai IA mau memberikan berkah lebih, namun bakul yang ada dalam diri kita masih kecil, akibatnya berkah dariNya pun tumpah alias tidak ke kita.
“Saya tidak punya waktu untuk yang baik,
tetapi saya selalu punya waktu untuk yang lebih baik."
Sumber : Agus Gunawan (Chief HCM - PT AGIT - Via Email Blast 31 Oktober 2014)